Tuesday, May 30, 2006

Luka kita


Dan negeriku yang hangat berada dalam sorotan
Belum hilang ingatan dilanda teroris
Belum pulih luka semasa tsunami
Masih menghangat gambar uap merapi
Dan waspada baru beranjak siaga
Kini terguncang geser tanah
Berbalut wabah, debu, darah,

Bagaimana mencerna lauk di tengah duka
Bagaimana mengangkat cawan di bawah linang air mata

Detak jantung merapatkan irama
Kala media begitu mudahnya merubah bilangan angka
Dan mereka yang luka
Dan mereka yang hilang
Dan mereka yang lapar meringkuk kedinginan

Kepada saudara saudaraku yang lebih dulu berpulang, selamat jalan...
Sebekal doa yang kupunya
Semoga mampu mengantarmu
Beristirahat damai dan layak di sisi Nya.

Tuhan, berikan juga jalan yang terang bagi kami semua untuk melanjutkan langkah, bukakanlah pintu hati para penyalur bantuan, sehingga amanah yang dihibahkan, menjadi berkah bagi yang menderma, mengantar dan menerimanya. amin.

****************************************************

Friday, May 26, 2006

Perjalanan

Sebelum di demo, saya mau meminta maaf dulu, karena sepulangnya dari liburan, harus menyelesaikan banyak pekerjaan yang tertunda……baiklah……..

Saya diantar menuju station kereta Avignon, sekitar 40 kilometer dari Arles. Tiba pukul dua kurang sepuluh menit, dimana ratusan penumpang menyemut teratur. Saya segera menuju peron, beberapa menit kemudian sudah berada di perut kereta yang siap bergerak. Saking terbiasanya memakai sabut pengaman, saat duduk di keretapun masih terbawa sindrom itu. Ah…..ternyata di sini tidak berlaku…tetapi dalam dudukku, serasa ada yang tidak biasa…






Barisan hijau pepohanan dan ladang colza bagai karpet, dengan rapi menutupi hamparan kiri kanan tanah yang di belah jalur kereta. Setelah menempuh jarak tiga setengah jam, sampai juga saya di jantung kota Paris, pada station Lyon De Gare.


Super taksi yang di carter dari keretapun sudah melambaikan papan nama ketika mataku menyapu bersekeliling stasion, segera saja kita menuju tempat parkir dan perjalanan keliling ini pun di mulai.



Banyak tempat bersejarah, yang merupakan simbol kebesaran masa lalu yang ku singgahi. Saya akan menjabarkannya lebih rinci pada posting posting mendatang.


Kemeriahan pendukung Arsenal dan Barcelona tumpah ruah dimana mana. Sayang, batterei kameraku tidak mendukung untuk mengambil lebih banyak foto.








Hari hari berikutnya perjalanan jadi berbelok, dari barang yang tidak discount hingga discount 10%, 20%, 30% dan berikutnya 50% dan berikutnya 70% menjadi sasaran. Saya tenggelam dalam kesibukkan menguras deposito masa depan…..mama, papa, kakek,nenek, maafkan keborosan anak cucumu ini....





Bila diceritakan pada neneku, pasti saya akan dapat wejangan seperti ini,

Kalo dibelikan emas
Bisa ditabung buat modal usaha
Kalo di bawa pulang ke tanah air
Bisa buat merenovasi rumah
Kalo di bawa ke show room
Bisa buat panjar beli mobil
Bisa apa lagi…apalagi…apalagi…

Andai saja bisa bertahan hanya dalam pandangan
*nangis bombai*
Tapi buat apa menangis, hidup harus dinikmati…giat lagi berusaha demi incaran berikutnya….waduh…..masih kesabet !!!

NB : tidak melayani permintaan foto hasil belanja.

****************************************

Saturday, May 20, 2006

Janji dan Libur



Saya mengawali jumpa ini, dengan memuat foto tas, seperti yang dijanjikan. Maaf, ada dua buah benda yang alpa dalam gambar berupa kamera dan kunci. Kameranya sedang di pakai untuk memotret sedangkan pasukan kunci berada pada posisi pintu. Kunci biasanya baru saya masukkan saat bepergian.


Terima kasih tulus saya kepada semua teman teman maya yang merindukan kembali kehadiran saya diblog. Sungguh liburan ini menjadi berat langkah ketika hendak beranjak, meskipun kemudian lupa saat melebur bersama ribuan pengunjung yang menghentak ibukota Perancis.


Paris, itulah pilihan liburanku musim semi ini. Sebetulnya tiga kali sudah saya kesana, dua kali terdahulu masih dalam skala tugas, jatuh pada musim dingin dan saya sama sekali tidak menikmatinya, kecuali duduk pegal di mobil selama dua hari perjalanan, berdoa tiada henti semoga jarak ini diperpendek sebisanya. Ini dikarenakan jarak tempat kami bermukim dengan megapolitan mode itu sekitar 750 kilometer. Sehingga butuh waktu sepuluh jam untuk mencapai jantung kota, begitupun sebaliknya.

Saya tidak berani membantah ketika itu, tapi setelah hampir dua tahun di sini, mulailah saya menyuarakan suara hati yang sesungguhnya. Saya ingin berlibur…….

Bersambung.

Saturday, May 13, 2006

Pendamping Berwawasan



Tamsil setali tiga uang adalah pameo yang sesuai ketika Ibu Dian memberi titah membedah isi jinjinganku. Sepertinya tidak ada yang istimewa, sambil mengeluarkan jerohan yang bersarang di dalamnya, saya mencoba menguraikannya dengan sepenuh hati fungsi mereka mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.


Sebagai pekerja yang tertuntut berbagai aktivitas, saya berusaha mengawali hari dengan rapi, wangi, segar dan menawan . Saya tetap mempertahankannya ketika dalam bepergian. Sehingga benda pengoreksi penampilan seperti sisir, bedak, pelembab bibir, serta wewangian selalu ada di jinjinganku. Berhubung rambutku kini hampir sebatas dada, saya menyertakan pengikat rambut darurat. Ku sebut darurat karena benda ini hanya kugunakan apabila angin bertiup kencang. Saya lebih memilih mengerai rambutku dan membiarkannya berkibar alami pada cuaca biasa .

Sebuah dompet lipat untuk menaruh kartu nama, kartu keanggotaan toko dan pusat pembelanjaan dengan terhormat berbaur bersama penghuni lainnya. Kartu plastik ajaib ini berkontribusi memberikan poin atau potongan apabila di gesek di tempat tempat yang di tentukan. Karena setiap kamis saya mendapat peran, berbelanja merancang menu akhir pekan, juga sering mendapat mandat melengkapi kebutuhan lainnya di tempat ini.

Menyusul kamera digital sebagai pemindah objek menarik. Kuabadikan beragam peristiwa guna dijadikan kenangan. Gambar yang terekam akan selalu mengingatkan saya pada satu perjalanan esotik yang kulalui kala diriku telah kembali ke rumah yang sebenarnya.

Yang mendapat simpatik khusus juga adalah kotak kaca mata pelindung cahaya. Menurut pengetahuan yang saya petik dari ahli optik, sebaiknya kacamata tidak dijadikan bando di kepala, bila selesai dikenakan, segera bersihkan dengan kain khusus dan letakkan kembali dalam kotak supaya posisi gagang tidak berubah.

Di musim menjelang panas, saya memasukkan lotion pengusir nyamuk dan serangga, menggeser tempat sarung tangan yang habis masa berlakunya sepanjang musim dingin. Ini adalah antisipasi dini supaya tidak terjadi perlakuan kurang senonoh dari para serdadu pengisap darah ataupun serangga nakal apabila saya bertamu di alam bebas.

Telepon genggam adalah anggota tetap yang masuk dalam jinjinganku, lengkap dengan buku memori. Kedengarannya agak aneh, di jaman secanggih ini saya masih membawa daftar nomor. Ini untuk berjaga jaga apabila ‘senter multigunaku’ tidak bisa diajak berkompromi. Saya tetap bisa berkomunikasi.

Berikutnya berturut turut kunci pintu, map perjalanan, tombol pembuka pagar otomatis, pundi koin, perangko, gunting kuku, pena, buku catatan, slip setoran bank. Barang barang ini turut memperberat jinjinganku dari waktu ke waktu. Benda benda yang saya tengteng sebetulnya makin hari makin bertambah saja. Saya memilih tas yang lumayan lega demi menyalurkan hasrat bawaan. Inilah pendamping berwawasan yang sangat mendukung aktivitasku, sehingga tak jarang saya mendapat restu tak terduga dari pimpinan dan rekan kerja bila mengajakku serta dalam lawatan mereka.

**********************************
Catatan : gambar menyusul setelah ada permintaan :)
**********************************

Tuesday, May 09, 2006

Bunga Colza




Lautan bunga kuning yang tampak di gambar bernama colza. Menurut cerita yang saya petik dari bincang sana sini, Colza adalah makanan ternak yang bijinya di buat menjadi minyak goreng, belukar yang banyak tumbuh di awal musim semi ini ternyata memiliki potensi juga sebagai penganti bensin masa depan.







Memandang ladang seluas gurun, yang tumbuh subur di berbagai pelosok Perancis Selatan, sudah membuatku takjub, apalagi di tambah pekerti dari bunga liar ini, menohok diriku semakin jatuh hati kepadanya.

************************************************

Sunday, May 07, 2006

Pameran



Jum'at kemarin kami mendapat jadwal mengunjungi pemeran fotographie di balai kota Arles. Pameran ini sepertinya mengeksplotasi seni dalam tubuh transparan perempuan .
Begitu sampai di gerbang, saya segera menyadari apa yang ada dibalik pintu ini, pasti tidak seusai dengan hati nuraniku.





Benar saja, saat berada di kubah dengan puluhan pigura yang dipamerkan, saya terperanjat melihat lukisan wanita agung umat kristen khatolik yang di tempel tubuh lain dalam keadaan tidak berpakaian. Saya memang bukan penikmat seni yang baik . Dalam hati, saya sangat menyayangkan keindahan yang dipaksakan ini. Demi menghormati Bunda Maria dan kaum perempuan, saya putuskan tidak mengambil gambar gambar itu dan berjalan keluar .




Saya justru lebih menikmati keadaan di luar balai kota, dimana seorang musisi berseluling menjajakan CDnya sendiri. Tak jauh dari situ, seorang pelukis mengasah bakat mencampur warna, menuang ke dalam kanvas bentuk pikirannya . Dalam hati berulang kali kuakui, inilah karya seni sebenarnya, nada yang lahir atas nama naluri, seni yang bergelora tanpa harus menunggang keindahan yang sudah ada, lama saya mamatung di situ, di bawah silir mentari musim semi yang tidak membakar, dan tak sadar, rekan saya mengabadikan diriku yang asyik dari belakang dan samping…hmmmm.






*****************************************************

Wednesday, May 03, 2006

Berita foto














Jeng Gita ini buktinya.

Gambar gambar ini, semoga cukup menjelaskan betapa sibuk diriku pekan lalu. Mulai hari kamis ke senen, empat hari berturut turut, sekitar tiga ratus tamu, siang malam, penuh diskusi, animasi, musik, makanan dan hiburan...
krisis dan demo adalah mata uang yang tidak berlaku di tempat ini.

Kurang lebih apa yang kami alami apabila lagi banjir order bisa di baca disini

Meskipun tidak seramai minggu lalu, tapi setiap akhir pekan adalah hari paling melelahkan bagiku.

Dan besok segera kujelang lagi.

**************************************

Kasta Alam





Ketika alam memperkenalkan kasta
Musim semi tidak diurutan pertama
Tidak pula di tepi atau di beranda
Tetapi diantaranya



Saat angin dingin kencang menerpa,
Bunga ,daun, tanaman gugur semua
Kasta dingin akan beralih ke kasta yang lebih dingin
Pertanda penghabisan tahun memperpanjang libur

Beberapa bulan kemudian, cahaya menyembur seimbang
Memperolok alam dalam aneka rupa bunga
Cuma sementara
Terhapus suhu yang beranjak tinggi membakar semesta
Jadi ku simpulkan saja
Hanya musim semi yg membenamkan luka

Lagi lagi kudendangkan balada
Ketika kulihat semesta berlapang dada
Menerima segala kasta dan berbagai tumpangan
Manusia, satwa, tumbuhan, air
Gunung bebatuan, hutan rimba , pantai dan daratan

Ku hirup seluruh indah dalam satu helaan napas
Ku nikmati tuntas
Karena bila diabaikan
Setahun lagi harus ku berjuang
Melawan panas dingin demi satu keseimbangan.

**********************************************

Tuesday, May 02, 2006

Inspirasi




Lihatlah tulip dan sahabatnya sesama bunga
Hidup berdampingan membagi jelita
Ada yg melata
Atau memilih sejengkal lebih perkasa
Dan yang menjulang lebih pongah



Apapun polamu, wahai kuntum kuntum bunga
Ku tuang pujian, merangkum mahkota kata
Kornea tak hendak berpindah
Terbius ber anggur pesona

Lalu ku bidik dan kujadikan tanya
Mengapa sebagian dari kelompok kita
Yang di guyur hujan talenta
Harus menyikut sesamanya ?

Betapa damai kan tiba
Umpama pihak dalam sengketa
Mampu mencontoh kharisma sang bunga
Tumbuh bertabur rona meski tak saling menyapa

Lantas kusadari,
Mendendangkan elegi kehidupan
Sama dengan melakonkan sandiwara yang tak pernah usai

*****************************************************
Terispirasi ketika membaca berbagai demo di tanah air.

****************************************************