Tuesday, March 28, 2006

Sebuah Catatan



Sebagai warga Indonesia yang baik dan tabah, saya menghormati UUD Pasal 28 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat baik lisan ataupun tulisan, di jamin oleh Undang undang”.

Saya memegah teguh peraturan itu, meskipun berada di belahan dunia yang jauh.

Sebetulnya, dalam hati pasal tersebut amat bertentangan denganku saat ini, Ketika kudapati para tetamu berdatangan, sewaktu mereka berkumpul mengeluarkan pikiran lisan, hingga melupakan waktu dan barang bawaan. Betapa ingin kububarkan serikat itu. Barangkali pasal tersebut di buat cukup tergesa gesa sehingga kian hari makin kelihatan tidak relavan dalam pengamalanku.

Sabtu lalu, seorang batita ( bawah tiga tahun) di giring oleh tetangga sebelah rumah kembali ke markas kami yang seluas empat ribu meter ini. Tak habis pikir juga diriku kenapa ada orang tua ( baca : datang berpasangan, membawa dua anak laki laki ) memerdekakan anak di bawah umur mengambil keputusan sendiri. Untunglah tidak terjadi insiden apa apa. Ini tentang di bungsu.

Kenakalan yang di sebar si sulung ( belum genap lima tahun ) juga cukup membuat takjub sang pemilik tempat. Dari membuka tutup kulkas, bolak balik cuci tangan, berjingkrak di atas kap mobil, merobek kardus, ah…banyak..terlalu banyak, terlalu panjang daftar di sebutkan.


Sementara kedua orang tua terus asyik berkumpul, yang lelaki memegang segelas anggur merah, berdiri anggun bersosialisasi tanpa melirik kiri kanan, yang perempuan duduk di meja, sebungkus rokok dan sebotol bier manjadi teman cumbu, entah ceceran pikiran apa yang di bagikan ke para tamu. Begitu riang dan gembira. Kutangkap pula ada banyak gelak pecah serentak.


Malampun tiba, belum ada tanda tanda barisan bubar jalan, mendengar suara si bungsu menanggis meraung raung di sekap dalam kamar tanpa cahaya. Terdorong rasa iba, saya berinisiaf menuntaskan makan lebih cepat dan menjaganya. Namun saya telah mengambil reflek yang salah, lebih dari tiga jam, tak sekalipun si ayahbunda datang menjenguk. Pelajaran yg ku petik, itulah cara orang tua sini meninabobokan si kecil.

*******

Terkenang senandung samar bunda, wibawa suara ayah menghantar donggeng dan belai sayang jemari mereka menghantar kami bersaudara ke peraduan. Hingga nasehat dan petuah yang ditularkan itu, menempa kami menjadi anak anak manis, dimanapun kami berpijak.

Sambil terus membujuk si kecil, yang kehabisan tenaga jerit, agar terlelap dipangkuanku, ku hela napas panjang, ku hempas segenap beban, kupanjatkan kidung pujian. Aneh, hatiku tersayat, sesaat kemudian, saya mulai menanggis..

22 Comments :

  • kasian si kecil....jadi ikut terharu...sisca moi tenyata penuh kasih..minta dongeng kancil curi mentimun dunk ;)

    By Blogger Emaknya Bunny, at 3/28/2006 8:15 PM  

  • c...

    Tu sais -celui ci c'est vrai!- qu'on sert du café à la fin d'une soirée ca signifie que ... elle va (supposément )terminer très bientot sinon les hôtes veulent que les visiteurs s'en aient!

    De plus le cafe c'est pour digestif apres une big bouffe ...

    Moi je dis la verité ... LOL

    By Anonymous Anonymous, at 3/28/2006 10:02 PM  

  • si kecil mirip si ricky. balita juga. bawah limabelas tahun. and cacing kepanasan

    By Blogger Innuendo, at 3/28/2006 10:49 PM  

  • Aduh dear ... kenapa engkau menitikan air dari matamu yang indah? Seandainya aku di sana, akan kutampung semuanya dalam kubah emas sebagai peringatan akan rapuh dan lembutnya hatimu :)

    By Blogger Hendri Bun, at 3/29/2006 3:58 AM  

  • duh si kecil...kacian...

    ikutan terharu juga nih kak...belum lagi sekarang lagi sedih tambah deh ;(

    By Blogger Johanamay, at 3/29/2006 12:22 PM  

  • Jadi ingat masa kecil aku...

    Itulah Sis mengapa dunia retak...

    By Anonymous Anonymous, at 3/29/2006 2:38 PM  

  • ya begitulah kehidupan, gak ada yang sempurna, but ya nikmatilah kehidupan ini, karena kamu gak "hidup" 2x, ya khan ? ;p

    By Blogger choenhwie, at 3/29/2006 3:18 PM  

  • *mengaku kalah*

    hebat, udah lama di france, nulis indonya lebih puitis dari aku

    By Blogger Hide, at 3/29/2006 4:46 PM  

  • Meli Moi, si Kancil dah insaf.. curi ketimun lagi, msh byk yg lebih enak, begitulah kisahnya..

    Macchiato, astaga..maaf koment pake bhs Indo, di sini juga sdh di usir pake kopi,gak mempan... malah sengaja ke mobil ambil champagne..kemudian lanjut terus.. urat malunya dah putus..

    Mbak Dian, waduh...gak berani jitak seh..drpd sanksi pulang..soalnya cucu yg punya tempat ini...

    Hen, trus adakan sayembara, barang siapa dpt menjauhkan daku dari musibah ini, yg bujangan dinikahkan...

    Yoan, jgn sedih terus ya..

    Bev, jd terharu ...

    Koko Choenhwie, seharusnya bgt, tq :)

    Owen, terima kasih...belum pernah dengarin sisca ngomong Indo ..ya..belepotan abis..wakakak

    By Blogger Sisca, at 3/29/2006 8:04 PM  

  • Sis, aku juga menyayangkan knp banyak ortu cuek sementara anak2nya berjam-jam nangis gitu. *ngelus dada*
    salut buat kamu Sis, mau ambil alih tugas mereka. Jadi ikut terharu nih...

    By Blogger Theresia Maria, at 3/29/2006 9:20 PM  

  • kok bisa gt ya??? kasian sekali..

    By Blogger wasugi, at 3/30/2006 8:57 AM  

  • lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Percayalah, bahwa orang indonesia lebih berbudaya dari warga Perancis sana dan pasti lebih romantis juga. Iyakhan, de!

    By Anonymous Anonymous, at 3/30/2006 2:51 PM  

  • Mbak Miniez, sy juga shock dgn cara orangtua sini mendidik anak..makanya salut banget dgn mbak..berbahagialah Noni..:)

    Mas Wasugi, saya menulis sebuah kenyataan yg justru juga mengiris hati kecilku..

    Mas Dani, begitulah... ada sisi lain dari setiap bangsa yg sukar dipahami, saya pribadi lebih bangga sebagai warga Indonesia.

    By Blogger Sisca, at 3/30/2006 5:24 PM  

  • jangan menangis sayang....
    tersenyumlah..kenanglah keindahan masa kecilmu, meski tau tak lagi waktu berpihak pada kita..mengantarkan kita..kembali

    By Blogger unai, at 3/31/2006 3:45 AM  

  • nina bobo
    ohh nina bobo
    klo ga bobo
    aku gigit nih !!
    kekekekek

    jangan sedih2 dong non

    By Blogger mutiara nauli pohan, at 3/31/2006 6:29 AM  

  • ...pertama aku jg sedih dengar suara bayiku menangis jeng Sisca,tapi karna hidup disini segala urusan ga ada saudara,akhirnya kusembunyikan tangisku diruang lain sementara anakku tetap ingin di peluk dan dimanja diperaduan sebelum mereka merangkak ke dunia mimpi..

    sekarang anak2 sudah mulai besar mandiri dan terbiasa.. aku curahkan perhatian ke mereka dengan cara lain dan di lain waktu,waktu tidur mereka sudah pinter ke kamar masing2 kalau jam dinding sudah menjunjukkan ke angka 19.00 dan weekend jam 20.30

    habis dari jam 7 pagi aku sudah harus bangun dan urus mereka,sarapan,pontang panting antar ke sekolah,beresin rumah,trus ngebut ke tempat kerja dan masih harus rapi dan segar ke tempat kerja,kadang aku sering lirik2 jam kalau sudah menuju ke angka 18.30 *jd mo malu*, karna jam 19.30 waktu tidur anak2ku,kalau mereka sudah tidur,baru aku ada waktu untuk istirahat untuk diri sendiri

    oops kok jd panjang lebar penjelasannya yah ^O)..
    tapi kangen jg ke kampung halaman,masih banyak saudara yang bantuin yah sisca,yg kasih perhatian ke anak2..

    ps.. ini cuman cara single mom untuk menunaikan tugas sebagai,bunda,ayah dan pencari nafkah untuk keluarga kecilku yang kehilangan kapten dalam bahtera rumah tangga

    By Blogger Diva, at 3/31/2006 9:45 AM  

  • oh yah.. untuk acara pertemuan/pesta2 ,,aku sudah pulang sebelum jam 6 sore kalau bawa anak2,atau aku cari baby sitter untuk jaga mereka di rumah,jadi time anak2 tetap tidak terganggu..dan diriku bisa menikmati acara pesta dengan enjoy ghekgekgek :">

    salam kenal sisca

    By Blogger Diva, at 3/31/2006 9:49 AM  

  • uuuh... aku jadi ikud nangiiis!
    terbayang si kecil yang tak pernah lagi lelap dipangkuan ibu-nya! aaah.... dunia!

    By Anonymous Anonymous, at 3/31/2006 12:46 PM  

  • uuuhhhh..... hiya sih... ikut2an nangis....
    Krn si kecil......

    *** maksudnya pgn bikin si kecil dewe .... whehhehehhe ....

    By Blogger ompuns, at 4/01/2006 11:05 AM  

  • Mbak Unai, betapa sejuk membacanya..tq:)

    Mbak Uli, waleh2...:)

    Mbak Biru, terima kasih telah berbagi di senandung mimosa...Tuhan tidak akan memberi percobaan lebih berat dari yang bisa dipikul umatnya..pasti di sana terdapat pula kemudahan2..:)

    Mas Thuns, asal dengan kasih sayang, pelukan siapapun bagi si kecil adalah sama..jng sedih ya.. ;)

    Mas Foens, sumpah..belon kepikiran...hehhehe

    By Blogger Sisca, at 4/02/2006 3:56 PM  

  • waks.... ngenes banget ya?itu cara mendidik anak disana??,ato cuma kebetulan pas hari itu aja.keseharianya mungkin lain.mungkin cuma salah satu sisi dari sekian banyak sisi mendidik anak.

    By Blogger meke, at 4/06/2006 8:17 AM  

  • Meke,

    sy berani menulisnya krn sdh melihat dgn seksama..sang tokoh adalah mantu dan anak pemilik tempat ini.

    By Blogger Sisca, at 4/09/2006 11:45 PM  

Post a Comment

<< Home