Monday, April 17, 2006

Bicara dengan hati




"Ada apa ?", tanyaku menjalin simpatik pada seorang tamu yang kulihat berancang ancang menjauhi kerumunan.
Ia hanya menggelang. Semenit kemudian saya meneropongnya sedang tersedu di taman. Saya menduga telah terjadi luka ketika diantara komunitas itu berbagi kata.

Pernahkah terlintas, terkadang lidah kita terlalu lentur, saking elastisnya, membuat si pita suara lantang menggema. Apa yang dikeluarkan menjadi tidak terukur, filter yang seyogyanya menetralisir suasana, malah mendatangkan bara.

Si pendengar terpacu mengelolah irama atas efek suara itu, bagai komposer merombak syair melodi, sayangnya, ritme terserap jadi serapah siap ledak.

Goresan belati sering mendatangkan tetes darah, itu diketahui cederanya, bisa diantisipasi dengan perban tambah obat merah. Tapi nyeri bathin, luka yang tidak kelihatan, apa obatnya ? bagaimana terapinya ? sungguhkah dengan berlalunya waktu, akan hilang lara itu?

Menurutku karam hati tidak pernah sungguh sungguh lenyap, kita berumpama waktu mampu menghapusnya, yang benar adalah kadang kita lengah, andai ada pemicu , maka meradanglah sembilu kalbu itu, begitu seterusnya.

Dalam hari hari berpacu menerobos orbit, berkali saya berpikir sebelum berujar,
Agar saya bukanlah sumber malapetaka dari lidahku, atau pembawa kesal bagi yang menyimakku. Supaya setiap jengkal bunyi yang kugemakan sanggup menjadi pelita, apabila obor yang dirindui tak kunjung tiba .

Biar sekelumit kalimat yang kutata, di rindui kharismanya, di restui kaidahnya
Biar suara yang terhembus, mengkristal sejuknya,
Atau kata kata yang bergaung , membekas selaksa cahaya

Ahhh…barangkali kelewat berhati hati, saya jadi jarang berbicara akhir akhir ini.

19 Comments :

  • diam itu emas...

    By Anonymous Anonymous, at 4/17/2006 10:20 PM  

  • wow cakep, sis. terimakasih ya. gila, rumahmu banyak bunga berarti ya ? sapa yg nanam, say ?

    By Blogger Innuendo, at 4/17/2006 10:24 PM  

  • ehm...diam memang emas, tapi tak selalu. aku sering jadi'korban' kediamanku.
    sesuatu memang harus pada porsinya, biar balance. bicara kadang diperlukan untuk nunjukin esistensi kita.
    so, tetap bicaralah..dengan bibir indahmu dan dengan hatimu. krn hati akan selalu jadi penyeimbang agar yg kita bicarakan tetap "enak didengar dan dirasa" orang lain

    By Blogger bagus_aa29, at 4/18/2006 2:12 AM  

  • Bila kekeluan harus kita lakukan
    kelirihan harus kita lalui
    serta kebisuan menjadi pilihan akhir kita
    sadarilah bahwa itulah saatnya
    bagi kita untuk melakukan introspeksi
    dan melihat ke dalam
    bagaimana respon kita terhadap sekeliling

    tetapi janganlah itu berhenti
    menjadi sebuah trauma yang menghantui
    melainkan anggaplah itu sebagai sarana
    untuk menjadi lebih bijaksana
    dalam melontarkan sepatah kata
    yang bisa memberikan sebuah makna
    bagi yang mendengarkannya ...

    By Blogger Hendri Bun, at 4/18/2006 3:16 AM  

  • yaph, saya sangat setuju dengan hendri bun! dia bijaksana sekali..il est tres sage.

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 4:37 AM  

  • dengan diam...yg pasti seribu kata tanya terdampar...

    By Blogger me, at 4/18/2006 5:07 AM  

  • diam.....
    menatap bunga2 yang ada di rumah Sisca..
    Terpukau...
    Betapa Cantiknya mereka...

    Walaupun Bunga2 itu gak bisa ngomong tapi tetap aja banyak yang suka ngeliatnya, menciumnya... membelainya...
    bahkan adapula yang memetiknya , menjadikannya hiasan dalam Pot...

    Ah dasar gak bakat puisi juga hahaha

    yang pasti Lebih baik jadi Pendengar yang baik.. pendengar yang baik bukan berarti harus diam kan, tapi dia tau kapan harus bicara kapan harus diam :D.

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 6:27 AM  

  • Kadang diam memang perlu, tapi lebih perlu lagi untuk mem-filter ucapan kita.. seperti kata pepatah "Lidahmu adalah pedangmu"..
    tapi diam melulu tidak berarti emas lohh!! coba kalo ada lomba debat trus diem aja, gimana mau dapet medali emas? huahaha...

    By Blogger Unknown, at 4/18/2006 8:34 AM  

  • dalam diam aku mengenangmu
    dalam diam aku mencintaimu
    dalam diam aku merindukanmu
    dalam diam aku menantimu

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 10:36 AM  

  • trkadang ada sesuatu yang lebih baik kita simpan sendiri tidak usah dibicarakan

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 11:22 AM  

  • kalo kamu suka ama aku.. ngomong aja terus terang sis.. jgn dipendam.. ntar jadi jerawat loh :P

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 11:31 AM  

  • Diam itu emas.. emas itu kuning......................................
    yg penting diam di saat yg tepat...!!

    By Blogger Mr, at 4/18/2006 11:38 AM  

  • saya juga lbh suka diam :D

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 12:06 PM  

  • diem itu emas...kalo kebanyakan diem ntar karatan :D

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 12:07 PM  

  • tenang ajah mbak! gak usah berhati-hati bicara! kan bukan lagi di indonesia :))

    disana ga ada yg nangkep kok!

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 12:30 PM  

  • Bermain kata atau menyembunyikannya keduanya diperlukan. Tergantung saatnya, bisa membawa sesuatu yang kita tidak pernah tahu.
    Jika disakiti, berikanlah peringatan.
    Jika tersakiti, lanjut jalan dan terima sebagai pelajaran.
    Jika menyakiti, harapkan hati untuk sejumput maaf.

    Berhati-hati dalam bicara, itu perlu dan mutlak.

    By Anonymous Anonymous, at 4/18/2006 8:18 PM  

  • kenapa harus diam.sampaikan yang ingin kita sampaikan,tanpa menyinggung perasaan orang lain.dengan diam masalah gak bakalan kelar.orang lain juga gak tahu apa yang kita inginkan.tul gak?yang penting tahu tempat harus ngomong nyerocos dan dimana harus diem....(wakaka....)

    By Blogger meke, at 4/19/2006 3:40 AM  

  • jika diam adalah "emas", maka berbicara adalah "berlian"

    By Anonymous Anonymous, at 4/19/2006 4:50 AM  

  • terkadang apa yang kita ucapkan tidak selalu sama dengan apa yang mereka dengarkan.
    terkadang apa yang kita maksudkan tidak selalu sama dengan apa yang mereka inginkan.
    perkataan yang keluar dari mulut kita, akan selalu berbeda makna tergantung dari intonasi kita mengucapkannya.
    terlepas dari apa yang kita ucapkan, bila memang kebaikan yang keluar, berharaplah kebaikanlah yang akan kita terima.
    perlu dicatat bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang. yang penting adalah kita selalu berusaha untuk bisa berbuat baik pada semua orang, tanpa berharap orang lain akan berbuat baik juga kepada kita.
    jangan ingat-ingat kebaikan kita, tapi ingatlah kekurangan kita, dengan begitu kita akan selalu berusaha merubah diri kita untuk menjadi lebih baik.

    *rada engga nyambung ya? maklum masih ngantuk nih. hehehe... *

    By Blogger KangHadi, at 4/27/2006 4:58 AM  

Post a Comment

<< Home