Tuesday, August 29, 2006

Dongeng Mimosa


Sebelum melanjutkan cerita perjalanan, mari kita selingi dengan iklan berikut ini.

Alkisah Sang Putri diminta menjawab sayembara. Petunjuk datang dari Mbak Berbaju merah.

Sayembara dibuka dengan menyebut beberapa kesenangan, bagi sang putri, warna warni pelangi kerap menjadi inspirasi. Begitu juga makanan, asal tidak beracun, memenuhi standard gizi kesehatan , selalu lahap dimakan. Baju yang dikenakanpun rapi dan sopan. Menonton jarang dilakukan, sesekali jalan sehat bila cuaca memungkinkan. Menurutnya setiap hari adalah hari yang menyenangkan apalagi ditambah es krim berpadu buah buah segar.

Suasana hati sang putri lebih sering riang gembira, menaruh rasa suka pada hidangan gurih, diakhiri sesuatu yang manis. Dalam berbusana ia terus mengikuti musim demi musim, di mejanya selalu tersedia buket bunga. Kuku kakinya terpelihara bersih. Pada jam sepuluh pagi, gangguan telepon sudah menanti, pernah ia menghayal memiliki istana, duduk di Singgasana, memerintah dengan bijaksana.

Saat saat pertama dalam hidup sang putri, rasanya ia mudah akrab dengan siapa saja.
Sang Putri dengan segala kharismanya lebih banyak diam daripada beradu mulut.
Film pertama yang menarik perhatiannya adalah seri kartun.
Berbohong ,entahlah.....mungkin semasa kanak pernah dilakukannya.
Tentang musik, suara carusel dari perangkat mainan bayi membuat hati kecilnya berbinar.

Sang putri adalah pecinta kesehatan sejati, belum pernah merokok, menyukai sari buah, meskipun mengendari mobil,itu hanya berlaku jarak dekat, menghindari adu mulut, percakapan telepon terakhir barusan ke tanah air kita tercinta.

Perihal kencan, sang putri lebih menghargai persahabatan, apalagi teman baik, alangkah indahnya tidak dinodai dengan riwayat cinta dan itu adalah prinsipnya.
Melanggar undang undang bukanlah sesuatu yang diinginkan, tapi andai terpaksa, pasti akan dilakukan. Semoga pelanggaran yang dilakukan juga ringan, sehingga tidak sampai ditahan apalagi dipenjarakan. Mengenai bobot, sang putri bersyukur memiliki porsi tubuh ideal. Soal dicium dadakan, dengan pasrah sang putri katakan, setiap hari berjumpa dengan siapapun, kecil, muda, sebaya, veteran atau manula, langsung di CIPIKA CIPIKI CIPIKA........

Begitulah sayambara ini ditutup hingga di sini saja, selama bertatah di Senandung Mimosa, sang putri belum pernah merepotkan para sahabatnya.



---------------------------------------------

Tuesday, August 22, 2006

Jalan Panjang ke Monaco

Sahabat Mimosa,

Saya berkesempatan menghabiskan masa libur panjang ke beberapa kota elite di Perancis Selatan.

Kami mengambil route pinggir dari Marseille, kota kelahiran pesepakbola terkenal Zinedine Zidane, melewati Toulon, Hyéres Les Palmiers, Bormes Les-Mimosas, La Lavondou, St. Tropez, St. Maxime,Grasse, Cannes, Antibes, Nice, Cap D'ail, hingga tiba di Monte-Carlo Monaco, Kota yang identik dengan gaya hidup dan mobil mewah.
Pemandangan sejauh mata memandang merupakan perpaduan antara darat, laut dan gunung.

Tidak hanya itu, setelah kembali, kami menanjak ke Timur Perancis dimulai dari Aix-En Provence, Sisteron, GAP,Grenoble hingga hari ini pulang ke rumah.
Menikmati lukisan gunung maha indah di habitat yang terperlihara.

Saya akan memuat secara berkala, foto foto dalam setiap lintasan yang sempat dibidik.
Mulai dari sudut pelabuhan kota Marseille.


Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting



Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, efek dari liburan panjang,
Saya ingin bercerita lebih mendetail hal hal yang terpatri diingatan sepanjang jalan menuju Monako, juga sapa kangen berkeliling dunia blogger.

Jadi..…tetaplah bersama Senandung Mimosa.



***********************************

Friday, August 11, 2006

Dirgahayu

Kemerdekaan tiba mengusik kenangan
Rinduku kambuh menatap tanah air
Molek bersolek serasa merata
Negeri bermandi merah putih
Silau dalam sahaja

Sering kuikuti upacara dari rumah
Mengagumi gerak tegap paskibraka
Bersama prajurit berbaris perkasa.
Menaik dan menurunkan bendera
Jiwa patriotku dibuat membara
Ketika heningkan cipta
Saat pukul sepuluh tiba

Dilanjutkan pesta rakyat menyumbat ruas jalan
Dari panjat pinang sampai layar tancap
Dari balap karung sampai balap bakiak
Di tambah hinggar binggar panggung gembira
Berbagai perlombaan diminati kanak hingga dewasa
Menandai era Indonesia merdeka

Kala menjauh kini
Ada yang mengusik keprihatinanku
Membaca berbagai perlawanan
Menodai makna kemerdekaan

Terselip sebuah pesan
Kepada seluruh forum yang mengatasnamakan kebebasan
Mari sudahi demo turun ke jalan
Kalian terlalu berharga dihinggapi debu dan polusi kendaraan
Sampaikan saja aspirasi lewat media
Menggores pesan diatas kata kata
Atau perbanyaklah doa doa

Dirgahayu negeriku
Enampuluh satu usiamu
Walau oestoporosis mulai menggerogotimu
Ayo terus maju !!!

*****************************************

Saturday, August 05, 2006

Penunjuk dari Sang Surya

Saya percaya diantara kita sudah sering melihat jam matahari atau Sundial.
Dalam bahasa Perancis di kenal dengan sebutan Cadran Solaire.

Pada Awal perabadan manusia, gerak semu sang surya ketika memberi bayang, dimanfaatkan sebagai pereka waktu. Keteraturan bumi mengelilingi matahari melahirkan fenomena langit beresensi dengan manusia.

Sebatang besi yang di tancapkan pada bidang datar, bila diproyeksikan oleh sinar akan menciptakan bayang. Menariknya, tidak setiap tempat bisa dibangun jam matahari, tergantung pada perjalanan sang surya dari utara ke selatan dan sebaliknya. Dengan kata lain, bila pahatan berada pada letak yang tidak tepat, maka jam tersebut tidak berfungsi. Indonesia beruntung berada di garis khatulistiwa, yang memungkinkan matahari terbit dan terbenam dalam waktu yang konstan. Tetapi di belahan lain, pada musim panas, mengalami waktu bias mentari yang kelewat panjang pada siang hari. Sebaliknya di musim dingin, mengalami malam yang lebih panjang.

Tulisan diatas adalah intisari percakapan antara saya dengan perawat bangunan di sini. Akibat panas yang terlalu menyengat, membuat beliau rajin menyemprotkan air bertegangan tinggi di segala lini. Saat pulang berbelanja dua hari lalu. Tampaklah oleh saya gurat garis di batu dengan beberapa angka romawi yang kini tampak tegas. Selama ini saya seperti hanya melihat sebatang besi tertancap disana tanpa arti, angka dan garis sama sekali tidak menarik perhatian saya, atau karena tertutup samar lumut. Entahlah. Perawat bangunan bilang bahwa ini yang sebut jam matahari


Photobucket - Video and Image Hosting


(Dalam hati saya menyesal, dasar kurang perhatian, kemana aja selama ini…pasti gara gara terlalu rajin ngeblog !!!)

Inilah dialog awal antara sisca yang memakai jam tangan (SYMJT) dan perawat bangunan yang telanjang tangan (PBYTT).

SYMJT : “Maaf, Monsiuer…tapi saya lihat jam nya kurang tepat.” *sok tahu mode ON*
PBYTT : “Sekarang kurang lebih pukul 15.40.” jawabnya mantap.

Terperanjat. Langsung saya cocokkan….dan….TEPAT.* Ikon Pipi merah mode on*

SYMJT : "Bagaimana anda bisa menerka dengan tepat, sementara yang saya lihat garisnya diantara angka satu dan dua?"
PBYTT : “ Oh..itu…karena di sini pada musim dingin kita memundurkan satu jam, sedangkan pada musim panas kita memajukan satu jam. Sehingga kita perlu menambahkan dua jam .“
SYMJT : “Gitu ya…tapi bagaimana anda bisa menerka menitnya dengan tepat?”
PBYTT : “Jarak setiap angka dalam kotak bernilai tiga puluh menit. Lihatlah sekarang arah sinar sudah pindah ke kotak kedua tetapi belum jauh dari garis ."

Dan berbagai penjelasan yang sudah saya tulis diatas.

Takjub. Sebenarnya selama ini alam tidak pernah mengelabui kita. Pantas saya merasa bahwa panas di sini terlalu panjang. Jadi menurut waktu yang syah dari matahari sekarang baru pukul satu siang. Bila sang surya menurut perhitungan baru meredap pada jam enam sore di bumi khatulistiwa, maka disini pukul delapan masih terang benderang. Senja baru tiba sekitar pukul sembilan dan malam baru benar benar berkuasa antara pukul sepuluh malam. Semua tergantung kepada perlintasan yang dilalui bola langit itu.

Saya mengerti jam matahari kini hanya sebagai hiasan belaka, tapi menyusuri silsilahnya, sungguh membuatku terperangah akan kehebatan nalar manusia kala itu dan juga ketepatan waktu yang diakui semesta.

*************************************