Hikmah
Sekuntum senyum, akhirnya mengembang jua, setelah hampir seperlima warsa saya merindukannya. Satu penantian berumur setara dengan kelok perjalananku di sini. Sebetulnya saya pernah mendapatkannya kala pertama singgah, dan perlahan terhapus oleh beberapa peristiwa.
Saya ingat, sua pertama kita, engkau datang sekeluarga, mempersembahkan dua belas tangkai tulip jingga, lengkap dengan daun dan seulas bibir merekah. Dalam remang engkau tampak jelita. Engkau putri tunggal pemilik tempat ini, di malam pertemuan itu kita sempat berbincang selayaknya rembulan mencumbui bintang bintang.
Seringnya engkau kemari, dan ulahku memanjakan buah hatimulah yang menyulut luka itu. Dalam tradisi ke Indonesianku, menggendong dan memberi makan adalah sebentuk ungkapan sayang, dan rupanya engkau kurang berkenan. Pernah tertangkap tangan, ketika hampir kusuapkan kudapan, engkau menarik si bungsu dengan kasar, membuatnya mengiba sedemikian rupa, kemudian terlemas dalam lelap.
Masih menghangat dalam ingatku, engkau begitu jengkel, di suatu siang di hari ulang tahun seorang tamu, si kecil meronta turun dari bangku dan lari kepangkuanku. Barangkali relung keibuanmu semakin tercabik, mendapati permatamu mengalungkan hatinya juga kepadaku.
Bagiku, sebagaimana kasih yang kuserap dari ayahbundaku, seorang anak perlu didampingi dengan empati, tajam nalurinya adalah seukuran orang dewasa, apabila tindak kasar pernah di kecapnya, butuh beberapa waktu buat menghapusnya. Ia adalah jiwa yang utuh. Jangan berkali mengoresnya dengan sayatan, biarkanlah ia tumbuh dalam pahatan sayang, karena dunia kanak kanak adalah dunia cinta dan pembelajaran.
Tapi waktu jualah kemudian mampu mempertumpul sinis tatapanmu. Engkau keseleo leher, tak leluasa menoleh. Sementara suamimu harus dinas. Atas saran orangtuamu, bocah berusia dua tahun itu di bawa kemari tiap pagi. Berberapa hari kami bergantian mengasuhnya, rona bahagia di wajah munggilnya begitu jelas mengurat, dia sepertinya berat berpisah ketika malam, kala sang ayah menjemputnya pulang.
Hari ini lukamu mulai pulih, mungkin hatimu juga, sepasang sinar bola matamu, sorotnya kutangkap berangsur ramah kepadaku…
*******************************************************************